Plastik merupakan bahan yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baikuntuk keperluan rumah tangga, perkantoran, pertanian/ perkebunan, perindustrian,dan sebagainya. Salah satu jenis plastik yang umum digunakan adalah plastikpolikarbonat (polycarbonate/PC). Plastik jenis ini digunakan antara lain untuk pembuatan botol susu bayi, kemasan pangan, perabot untuk makan dan minum(termasuk botol air minum), lensa kacamata, CD, DVD, komputer, perlengkapan olah raga, perlengkapan medis, dental sealants (plastik tipis yang digunakan untuk menutupi permukaan gigi, terutama gigi geraham untuk mencegah kerusakan gigi), serta pelapis beberapa produk kertas termal, termasuk kertas untuk struk ATM dan mesin penghitung uang.
Botol atau kemasan pangan yang terbuat dari plastik polikarbonat biasanya diberi tanda nomor 7 di dalam suatu segitiga (simbol daur ulang), kadang-kadang disertai tulisan “PC”, namun ada juga yang tidak diberi tanda apapun. Meskipun banyak dimanfaatkan untuk berbagai produk, kini penggunaan plastik polikarbonat untuk kemasan pangan, terutama untuk botol susu bayi dan botol air minum, sudahbanyak dihindari karena alasan kesehatan.
Bahan utama pada pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa 2,2-bis (4-hidroksifenil) propan atau yang dikenal dengan nama bisphenol A (BPA). Disamping fungsinya sebagai monomer plastik polikarbonat, BPA juga merupakan bahan pembuatan epoksi resin, yaitu pelapis bagian dalam produk kemasan yang terbuat dari logam, misal kaleng untuk pengemas produk pangan olahan, tutup botol, dan pipa penyalur air. Penggunaan epoksi resin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi atau reaksi bahan pengemas dengan pangan yang ada di dalamnya.
Oleh karena produk yang mengandung BPA banyak diproduksi dan digunakan oleh manusia, maka berbagai kajian telah dilakukan untuk mengetahui efek BPA terhadap kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA, baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas yang telah menembus plasenta dan mencapai fetus, kebanyakan tetap berada dalam bentuk aktifnya, sedangkan bila senyawa yang menembus plasenta adalah bentuk inaktifnya maka senyawa tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA bentuk aktif. Pada fetus, perubahan BPA inaktif
menjadi aktif ini dimungkinkan karena organ hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang mampu mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi BPA estrogenik yang toksik.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fetus mempunyai kemungkinan tertinggi terpapar BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan estrogen pada waktu yang tidak tepat dalam kadar yang melebihi atau kurang dari normal dapat menyebabkan efek merugikan terhadap perkembangan berbagai organ dan sistem, termasuk sistem reproduksi (pada perempuan dan laki-laki), perkembangan otak, kelenjar susu, dan sistem imun. Oleh karena BPA dapat meniru aktivitas estrogen, maka paparannya juga diasumsikan dapat menyebabkan hal yang sama dengan estrogen.
Jika rute paparannya melalui pangan yang tertelan, maka bayi mempunyai kemungkinan untuk terpapar BPA lebih besar daripada kelompok umur lainnya.Sumber utama paparan BPA pada bayi baru lahir (newborn) dan bayi di bawah usia setahun adalah BPA yang bermigrasi dari lapisan epoksi kaleng ke dalam cairan formula bayi serta dari botol susu bayi yang terbuat dari plastik polikarbonat ke dalam cairan yang ada di dalamnya setelah adanya penambahan air mendidih.
Menurut U.S. Food and Drug Administration (U.S. FDA), bayi merupakan populasi yang sensitif terhadap BPA karena sistem saraf dan sistem endokrinnya sedang dalam tahap perkembangan demikian juga dengan sistem hepatiknya untuk mendetoksifikasi dan mengeliminasi senyawa kimia, misalnya BPA. Sedangkan pada orang dewasa yang dalam urinnya ditemukan BPA dalam kadar tinggi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, dan ketidaknormalan enzim pada hati.
Pencegahan Efek Negatif Bisphenol A terhadap Kesehatan Paparan BPA dalam kadar rendah dijumpai pada populasi manusia secara umum, baik pada kelompok usia bayi, balita, anak-anak, hingga orang dewasa. Penelitian mengenai BPA terus dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan, terutama efeknya terhadap kelompok usia bayi hingga anak anak karena tubuh mereka masih dalam tahap tumbuh kembang dan sistem tubuh untuk mendetoksifikasi bahan kimia masih belum sempurna.
Untuk mengurangi bahkan menghindari efek negatif BPA terhadap kesehatan, ada berbagai cara yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Para ibu menyusui dihimbau untuk memberikan ASI kepada bayinya sehingga akan menurunkan kemungkinan bayinya terpapar BPA melalui pengurangan penggunaan botol susu bayi polikarbonat dan susu formula yang dikemas dalam kaleng.
b. Hindarkan penggunaan botol susu bayi yang terbuat dari polikarbonat; sebagai penggantinya dapat digunakan botol susu yang terbuat dari kaca atau botol susu bayi yang bebas BPA.
c. Jangan menggunakan botol susu bayi yang telah tergores, karena selain dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroba juga dapat melepaskan sejumlah monomer yang menyusunnya.
d. Tidak menuangkan air mendidih, susu panas, atau cairan panas lain ke dalam botol plastik.
e. Tidak memanaskan botol susu bayi atau wadah makanan plastik di dalam microwave
f. Tidak memanaskan pangan atau meletakkan pangan yang masih panas dalam wadah polikarbonat.
g. Tidak mencuci wadah plastik polikarbonat dalam mesin pencuci piring (dishwasher) ata menggunakan sikat yang keras untuk menghindari terjadinya goresan.
h. Kurangi mengkonsumsi produk pangan, baik dalam bentuk cair maupun serbuk yang dikemas dalam kaleng yang terbuat dari logam. Sebagai gantinya dapat dipilih yang menggunakan kemasan kardus atau kertas karton tanpa lapisan epoksi.
i. Hindarkan penggunakan alat makan yang terbuat dari polikarbonat. Sebagai gantinya dapat digunakan alat makan yang terbuat dari kaca, porselen, atau stainless steel.
j. Selalu memeriksa simbol yang tertera pada kemasan pangan yang terbuat dariplastik. Jika terdapat tanda nomor 7 di dalam suatu segitiga (simbol daur ulang)atau tulisan “PC”, sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan pangan,terutama yang masih panas.
Infografis: Sehat_Negeriku
Referensi: BPOM
Botol atau kemasan pangan yang terbuat dari plastik polikarbonat biasanya diberi tanda nomor 7 di dalam suatu segitiga (simbol daur ulang), kadang-kadang disertai tulisan “PC”, namun ada juga yang tidak diberi tanda apapun. Meskipun banyak dimanfaatkan untuk berbagai produk, kini penggunaan plastik polikarbonat untuk kemasan pangan, terutama untuk botol susu bayi dan botol air minum, sudahbanyak dihindari karena alasan kesehatan.
Bahan utama pada pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa 2,2-bis (4-hidroksifenil) propan atau yang dikenal dengan nama bisphenol A (BPA). Disamping fungsinya sebagai monomer plastik polikarbonat, BPA juga merupakan bahan pembuatan epoksi resin, yaitu pelapis bagian dalam produk kemasan yang terbuat dari logam, misal kaleng untuk pengemas produk pangan olahan, tutup botol, dan pipa penyalur air. Penggunaan epoksi resin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi atau reaksi bahan pengemas dengan pangan yang ada di dalamnya.
Oleh karena produk yang mengandung BPA banyak diproduksi dan digunakan oleh manusia, maka berbagai kajian telah dilakukan untuk mengetahui efek BPA terhadap kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA, baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas yang telah menembus plasenta dan mencapai fetus, kebanyakan tetap berada dalam bentuk aktifnya, sedangkan bila senyawa yang menembus plasenta adalah bentuk inaktifnya maka senyawa tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA bentuk aktif. Pada fetus, perubahan BPA inaktif
menjadi aktif ini dimungkinkan karena organ hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang mampu mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi BPA estrogenik yang toksik.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fetus mempunyai kemungkinan tertinggi terpapar BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan estrogen pada waktu yang tidak tepat dalam kadar yang melebihi atau kurang dari normal dapat menyebabkan efek merugikan terhadap perkembangan berbagai organ dan sistem, termasuk sistem reproduksi (pada perempuan dan laki-laki), perkembangan otak, kelenjar susu, dan sistem imun. Oleh karena BPA dapat meniru aktivitas estrogen, maka paparannya juga diasumsikan dapat menyebabkan hal yang sama dengan estrogen.
Jika rute paparannya melalui pangan yang tertelan, maka bayi mempunyai kemungkinan untuk terpapar BPA lebih besar daripada kelompok umur lainnya.Sumber utama paparan BPA pada bayi baru lahir (newborn) dan bayi di bawah usia setahun adalah BPA yang bermigrasi dari lapisan epoksi kaleng ke dalam cairan formula bayi serta dari botol susu bayi yang terbuat dari plastik polikarbonat ke dalam cairan yang ada di dalamnya setelah adanya penambahan air mendidih.
Menurut U.S. Food and Drug Administration (U.S. FDA), bayi merupakan populasi yang sensitif terhadap BPA karena sistem saraf dan sistem endokrinnya sedang dalam tahap perkembangan demikian juga dengan sistem hepatiknya untuk mendetoksifikasi dan mengeliminasi senyawa kimia, misalnya BPA. Sedangkan pada orang dewasa yang dalam urinnya ditemukan BPA dalam kadar tinggi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, dan ketidaknormalan enzim pada hati.
Pencegahan Efek Negatif Bisphenol A terhadap Kesehatan Paparan BPA dalam kadar rendah dijumpai pada populasi manusia secara umum, baik pada kelompok usia bayi, balita, anak-anak, hingga orang dewasa. Penelitian mengenai BPA terus dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan, terutama efeknya terhadap kelompok usia bayi hingga anak anak karena tubuh mereka masih dalam tahap tumbuh kembang dan sistem tubuh untuk mendetoksifikasi bahan kimia masih belum sempurna.
Untuk mengurangi bahkan menghindari efek negatif BPA terhadap kesehatan, ada berbagai cara yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Para ibu menyusui dihimbau untuk memberikan ASI kepada bayinya sehingga akan menurunkan kemungkinan bayinya terpapar BPA melalui pengurangan penggunaan botol susu bayi polikarbonat dan susu formula yang dikemas dalam kaleng.
b. Hindarkan penggunaan botol susu bayi yang terbuat dari polikarbonat; sebagai penggantinya dapat digunakan botol susu yang terbuat dari kaca atau botol susu bayi yang bebas BPA.
c. Jangan menggunakan botol susu bayi yang telah tergores, karena selain dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroba juga dapat melepaskan sejumlah monomer yang menyusunnya.
d. Tidak menuangkan air mendidih, susu panas, atau cairan panas lain ke dalam botol plastik.
e. Tidak memanaskan botol susu bayi atau wadah makanan plastik di dalam microwave
f. Tidak memanaskan pangan atau meletakkan pangan yang masih panas dalam wadah polikarbonat.
g. Tidak mencuci wadah plastik polikarbonat dalam mesin pencuci piring (dishwasher) ata menggunakan sikat yang keras untuk menghindari terjadinya goresan.
h. Kurangi mengkonsumsi produk pangan, baik dalam bentuk cair maupun serbuk yang dikemas dalam kaleng yang terbuat dari logam. Sebagai gantinya dapat dipilih yang menggunakan kemasan kardus atau kertas karton tanpa lapisan epoksi.
i. Hindarkan penggunakan alat makan yang terbuat dari polikarbonat. Sebagai gantinya dapat digunakan alat makan yang terbuat dari kaca, porselen, atau stainless steel.
j. Selalu memeriksa simbol yang tertera pada kemasan pangan yang terbuat dariplastik. Jika terdapat tanda nomor 7 di dalam suatu segitiga (simbol daur ulang)atau tulisan “PC”, sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan pangan,terutama yang masih panas.
Infografis: Sehat_Negeriku
Referensi: BPOM
Cara Menghindari Paparan BPA
4/
5
Oleh
PasienSehat